Quantcast
Channel: Herry Nurdi » Nabi
Viewing all articles
Browse latest Browse all 9

Rindu Kami pada Ulama Umat

$
0
0

Muslims Making Dua

Imam al Ghazali dalam Ihya ‘Ulumuddin merangkai dan merongkai mata rantai kerusakan dalam masyarakat. Menurut Hujjatul Islam, kerusakan di masyarakat memiliki memiliki rantai yang sangat kuat. “Rusaknya masyarakat, akibat dan karena rusaknya penguasa (pemerintah). Rusaknya pemerintah karena rusaknya ulama yang ada. Dan rusaknya ulama disebabkan oleh kecintaan pada harta dan kedudukan dunia.”

Ada kedewasaan yang harus kita pompa dengan cepat untuk menghadapi tantangan umat Islam hari ini. Dengan kedewasaan yang benar-benar cepat. Jalan satu-satunya adalah cepat bangun dari mimpi dan berangkat dewasa lebih dini.

Dan proses inilah, bahasa Jawa punya penyebutan yang sangat pas: mletik ing nalar. Tidak saja sadar, tapi mengubah kesadaran menjadi percik-percik api yang bisa disuluh menjadi terang. Sebuah kesadaran yang aktif. Sebuah kesadaran yang menjadi kumparan, menarik, menyedot sekaligus memancarkan energi yang luar biasa.

Jika kesadaran tidak aktif, bila kesadaran hanya berhenti pada pikir tapi tidak berlanjut pada tindak, semua akan sia-sia. Karena kesadaran seperti ini hanya akan memperkuat dan mempercepat laju kebathilan. Ingat, satu-satunya jalan kejahatan dan nilai iblis menemui masa keemasannya adalah ketika banyaknya orang yang sadar tapi berdiam diri. Keburukan akan mendapat tempat jika orang-orang bijak telah kebingungan menemukan jalan keluar dari segala permasalahan. Dan ini bukan barang baru lagi, karena 1400 tahun silam, Rasulullah telah memberikan prediksinya tentang kondisi seperti ini.

Dalam sebuah majelis, di depan para sahabat tercintanya, suatu ketika Rasulullah pernah bercerita tentang nasib buruk yang akan menimpa umatnya. Dalam perbincangan di majelis tersebut, Rasulullah mengatakan nasib buruk itu akan tiba jika, orang-orang buruk di antara kalian justru menjadi pemimpin-pemimpin kalian. Dan kini, sudah kita rasakan hal itu. Orang-orang yang buruk perangai telah memimpin kita, dan nasib kita pun sebagai umat semakin terpuruk.

Tapi itu belum apa-apa, tambah Rasulullah. Nasib umat kiat buruk ketika banyak petugas keamanan yang tidak mengamankan, banyak polisi kerkeliaran namun rasa aman menjadi sesuatu yang sangat mahal. Artinya, Rasulullah mengisyaratkan akan terjadi krisis keamanan yang akut, yang membuat kita kehilangan akal dan larut. Kini, hal itu pun sudah kita alami.

Tapi ternyata masih ada lagi, jawab Rasulullah ketika salah seorang sahabat bertanya masih adakah yang lebih buruk lagi yang nabi Allah. Ya, masih ada yang lebih buruk lagi, yaitu, sogok yang mengalir seperti air, suap yang seperti udara disekitar kita, ada tapi tak terlihat. Terasa namun sekaligus tak terjamah. Jika hal seperti ini  terjadi di manapun umat Islam berada, sungguh, nasib meraka sangat menyedihkan.

Masih adakah lagi ya Rasulullah? Masih. Nasib kalian akan semakin buruk ketika kalian memutuskan tali silaturahim dan solidaritas semakin tipis nyaris kikis. Dan itu pun tengah kita alami saat ini. Ya Allah, betapa malang nasib umatmu ini.

Tapi ternyata kemalangan ini belum selesai. Nasib umat ini akan semakin berat ketika darah begitu mudah tertumpah kata Rasulullah, dan sekarang itu pun sudah dan sedang kita alami. Belum berhenti, kemalangan masih berlanjut kata Rasul. Dan itu ditandai dengan munculnya satu generasi yang memperlakukan al Qur’an seperti bunyi-bunyian yang keluar dari seruling. Generasi yang hanya memandang Qur’an sebagai barang seni tanpa peduli berbagai hukum Allah yang ada di dalam. Generasi ini yang membuat nasib umat ini tandas sampai ke dasar cawan. Dan lagi-lagi, jik akita mau meneliti dengan sabar dan membuka mata lebar-lebar serta memasang telinga tajam-tajam, generasi ini sudah ada di tengah-tengah kita, saat ini, sekarang juga.

Bahkan, dalam hadits shahih lain, Rasulullah pernah memberikan prediksi yang lebih menyeramkan. Dalam hadits tersebut Rasulullah mengatakan, bahwa akan datang ujian berat untuk kaumku yang baik-baik. Sebuah ujian yang muncul karena kesalahan kita sendiri. Ujian berat yang menarik umat Islam pada jurang kenistaan tanpa dasar itu adalah, ketika banyak wanita-wanita yang bejat, bahkan di antaranya diangkat menjadi pemimpin. Lalu pemuda-pemuda yang fasik serta orang tua yang sudah terlalu kehilangan kepercayaan pada semua hal, termasuk kebajikan. Mereka pun telah kehilangan keinginan untuk berjihad.

Tidak ada lagi amar ma’ruf nahi munkar. Bahkan lebih dari itu, ada orang yang menganggap kemunkaran adalah sesuatu yang ma’ruf serta sebaliknya. Mereka membalik-balik logika kebenaran menurut kehendak dan nafsunya. Dan lebih seram lagi, mereka menyeru pada yang munkar serta mencegah orang-orang berbuat ma’ruf. Lalu, di tengah-tengah kondisi seperti ini, kata nabi, orang-orang bijak kebingungan dan tak menemukan jalan keluar. Mereka dikepung dan tak berdaya. Mereka tersandera oleh perbuatannya sendiri.

Kita memang seringkali mendengar dan hapal betul tentang kalimat yang membuat kaum muslimin bangga tak ketulungan. Kuntum khairu umat ukhrijat linnas, kalian adalah umat terbaik yang pernah ada di antara manusia, itu lah janji Allah yang membuat kita bangga. Tapi, kondisi seperti itu tidaklah permanen. Kuntum Khairru bukanlah sebuah predikat permanen yang tanpa perjuangan akan bertahan dalam diri umat Islam. Predikat khairru ini akan melayang jika umat tak benar-benar membuatnya bertahan dan menjaganya. Bukan Allah dan Rasul yang salah janji, tapi kita lah yang tak bisa mensyukuri nikmat dan menjaganya.

Selain faktor-faktor internal yang membuat hina umat ini, ada faktor-faktor eksternal yang tak kalah dahsyat dan sedang mengancam kita dari segala penjuru.

Dan umat ini benar-benar di ujung tanduk. Di satu sisi, semua sinyalemen yang dilansir Rasulullah di atas telah terjadi dan dilakukan oleh umat ini sendiri. Dan di sisi lain, kekuatan besar di luar umat Islam tengah mempersiapkan jurus-jurusnya untuk umat ini. Tapi di sisi yang lain lagi, saya masih juga menyimpan harap mudah-mudahan desakan eksternal ini mampu membuat solid kondisi internal umat Islam.

Dan karena itu pula, karena harapan itu juga, di awal tulisan saya kutip sebuah doa yang selalu dilantunkan oleh bibir paling mulia di dunia, bibir Rasulullah. Sebuah doa yang strategis, sebuah doa yang taktis, sebuah doa yang mengangkat lagi derajat muslimin, tak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh penjuru dunia.

Allahuma inni audzubika minal hammi wal hazni, ya Allah, bebaskan dada-dada kami dari rasa yang menghimpit, dari ketakutan-ketakutan berbuat baik dan benar. Lepaskan kami dari kebingungan-kebingungan dunia dengan memberikan sinar pada pandangan hati kami kemana semua tujuan berakhir dan bermuara. Ya Allah, hapuskan pula rasa sedih di relung-relung hati kami, tarik napas ragu-ragu dari rabu-rabu kami. Berikan kami rasa sedih jika tak turut atas hukum-Mu. Tanamkan rasa sedih di benak kami jika tak mampu berjihad di jalan-Mu. Bentangkan rasa sedih di jiwa-jiwa kami jika kami tak bisa menyeru umat kepada shirat-Mu ya shirathal mustaqim.

Wa audzubika minal ‘ajzi wal kasyali. Kami berlindung dari kelemahan-kelemahan yang menelikung napas-napas kami sehingga kami tak kuat berlari dalam perjuangan membela dien-Mu. Lepaskan belenggu-belenggu kemalasan dari setiap langkah kami untuk menghadap-Mu. Umat harus dibangunkan dari kemalasan. Orang-orang harus disadarkan dari kelemahan-kelemahan. Kita kuat dan menguatkan, karena Allah dan untuk Allah.

Wa audzubika minal jubni wal bukhli, ya Allah, bebaskan kami dari sikap-sikap pengecut. Sikap-sikap pengecut yang hanya membuat umat ini lumpuh. Sikap pengecut yang hanya menyisakan kehinaan untuk umat ini, inilah yang harus kami buang jauh-jauh, dan itu semua hanya dengan izin dan ridha-Mu. Kami juga akan membuang jauh-jauh kebakhilan yang menjerat leher-leher kami. Ya Allah, bebas kami dari sikap bakhil yang hanya menodai titah-titah dan jalan suci-Mu. Kami bertaubat, ya Allah, dari segala bentuk kebakhilan.

Wa audzubika minal qhalabatiddayni wa qahrirrijal. Dan ujung dari semua ini ya Allah, hindarkan kami dari lumpur hisap hutang yang membunuh umat ini. Dan bebaskan pula kami dari kangkangan kaum yang ingin menutup kebenaran. Bebaskan kami dari dominasi kaum yang tak ingin jalan menuju-Mu terbuka lebar. Bebaskan kami dari jajahan-jajahan, tak hanya Amerika, Israel, Inggris dan seluruh sekutunya, tapi yang lebih dari itu, bebaskan kami dari dekapan syetan yang membinasakan.

Tak ada kemuliaan tanpa hilangnya rasa takut. Karena itu, ketakutan harus dibakar hingga jadi arang. Tak ada kemuliaan tanpa habisnya rasa sedih. Dan hanya dengan berjihad sedih akan terobati. Tak ada kemuliaan tanpa dibunuhnya kelemahan dan kemalasan, karena kemalasan dan kelemahan hanya akan membuat kita tak lebih berharga dari kotoran. Obati pula kepengecutan kami, karena hanya dengan mengalahkan kepengecutkan kami terlebih dulu maka musuh-musuh akan menjadi lebih ringan untuk dikalahkan. Bakar saja rasa bakhilmu, karena tak ada satu pun kemuliaan dunia yang berarti di sisi-Nya. Jihad dan dakwah lebih berharga dari segunung emas seperti himalaya. Dan dengan itu semua, insya Allah kamu akan terbebas dari hutang yang menjerat leher-leher kami. Dan dengan itu semua tak satupun kaum bisa mengangkangi umat ini. Tak satupun kaum bisa dengan seenaknya menidas umat ini. Dan semua itu hanya dengan izin-Mu ya malikul quddus. Ya Allah, jadikan kami musuh untuk para penindas. Ya Allah, jadikan kami para penolong untuk kaum tertindas.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 9

Latest Images

Trending Articles





Latest Images